Human Papillomavirus, Sekarang dan Akan Datang

(Molecular Diagnostic - 21 Aug 2009)

Kanker serviks, jenis kanker kedua terbesar yang diderita oleh wanita di seluruh dunia umumnya berkembang dari suatu infeksi human papillomavirus (HPV) tipe high-risk yang persisten. HPV adalah virus yang banyak terdapat di mana-mana dan menginfeksi sel epitel. Virus ini dapat menular melalui kontak kulit, sering kali melalui aktivitas seksual.
 
Terdapat lebih dari 100 jenis HPV, dan manifestasinya pada individu yang terinfeksi berbeda-beda, mulai dari asimtomatik hingga nongenital/genital warts. Sekitar 40 jenis HPV menginfeksi genitalia manusia. Lebih dari 50 % orang yang aktif secara seksual akan terinfeksi paling sedikit satu tipe HPV selama hidupnya. Virus HPV genital ini dapat dibagi menjadi dua kategori: low-risk seperti HPV 6 dan HPV 11, yang dikaitkan dengan genital warts, dan high-risk, termasuk HPV 16 dan HPV 18, yang terkait kanker serviks. Tidak semua virus ini menyebabkan masalah kesehatan, dan hanya sebagian infeksi high-risk kronik yang memiliki kemungkinan berkembang menjadi lesi pre-kanker atau kanker.
 
Metode yang Ada Sekarang
Teknik-teknik yang sekarang digunakan untuk mengenali wanita yang memiliki risiko menderita kanker serviks, antara lain sitologi, pemeriksaan DNA, dan pemeriksaan serviks secara visual. Semua metode ini memerlukan suatu pemeriksaan spekulum oleh tenaga kesehatan untuk suatu pengumpulan sample serviks yang adekuat.
 
Pemeriksaan sitologi/Pap Smear dapat dibuat langsung pada glass slide, sementara untuk sitologi berbasis cairan, preparasi slide dapat diotomasi di laboratorium. Sitologi memerlukan teknisi yang terlatih untuk mewarnai slide dan tenaga professional yang berpengalaman untuk memeriksa sel di bawah mikroskop. Interpretasi sitologi seringkali subjektif, dan sensitivitas dari teknik ini berkisar antar 60 ?70 %. Pemeriksaan asam nukleat telah banyak disetujui penggunaannya untuk identifikasi wanita yang terinfeksi oleh HPV high-risk. Digene HPV Hybrid Capture II (HC2) yang dikembangkan oleh Qiagen Gaithersburg Inc. adalah metode yang paling banyak diterima secara luas dan menggunakan pemeriksaan asam nuklet HPV. Assay ini menggunakan sampel servikal yang dikumpulkan seperti pada pemeriksaan sitologi. Setelah sampel diproses untuk mendenaturasi DNA, sampel diinkubasi dengan probe RNA yang didesain khusus untuk berhibridisasi dengan DNA dari HPV high-risk yang ada pada sampel. Sebuah antibodi yang mengenali hibrid DNA-RNA digunakan, dan sinyal dideteksi secara chemiluminescence. Assay ini memerlukan laboratorium dengan perlengkapan yang baik, teknisi yang baik, dan peralatan khusus. Hasil dari HC2 ini baik, suatu studi menemukan bahwa sensitivitasnya 97,1 % dan spesifisitasnya 85,6 %.
 
Kebutuhan yang Belum Terpenuhi
Pemeriksaan sitologi, DNA, dan visual tidak dapat memenuhi kebutuhan tes skrining untuk secara akurat memprediksi risiko seorang wanita menderita kanker serviks. Selain itu, tak ada satupun metode ini yang dapat secara akurat mengidentifikasi suatu keadaan pre-kanker khusus, baik cellular intraepithelial neoplasia grade 1 (CIN1), 2 (CIN2), atau 3 (CIN3), maupun mendeteksi apakah suatu lesi akan berkembang menjadi sel kanker atau tidak. Para tenaga kesehatan memerlukan tes-tes baru yang menggunakan marker-marker yang lebih indikatif terhadap kemungkinan perkembangan ke kanker serviks.
 
Perkembangan Baru
Pendekatan lain untuk pemeriksaan DNA HPV high-risk mencakup pemeriksaan PCR untuk deteksi, kuantifikasi, dan typing HPV DNA. Daerah yang dipilih untuk amplifikasi umumnya adalah gen yang mengkode protein struktural HPV L1 dan L2. Dengan memilih sekuens yang tepat, pemeriksaan PCR HPV DNA dapat mengidentifikasi dan mendiferensiasi jenis infeksi.
 
Pemeriksaan PCR memiliki sensitivitas analitis yang tinggi, tetapi juga sensitif terhadap kontaminasi. Selain itu, manfaat klinis dari tes-tes seperti ini untuk HPV masih belum divalidasi. Peralatan dan keterampilan yang diperlukan untuk suatu pemeriksaan PCR biasanya sangat teknis dan kompleks, dan begitu juga dengan preparasi sampel untuk menghilangkan kontaminan dan memurnikan PCR. Pemeriksaan PCR HPV DNA hanya untuk menunjukkan infeksi, dan tidak dapat mengidentifikasi wanita dengan neoplasia.
 
Pengembangan yang lain, penelitian tentang marker-marker alternatif yang dapat memprediksi dysplasia selular atau kanker servisk telah mulai tersedia. Transformasi selular untuk menghasilkan sel kanker memerlukan dua oncoprotein nonstruktural regulatori yang dikode oleh HPV, E6 dan E7. Protein-protein ini mempengaruhi protein-protein selular seperti tumor suppressor p53 dan p16 kinase dan oleh sebab itu mengganggu siklus sel. Para peneliti perlu mempelajari biomarker-biomarker ini secara menyeluruh untuk menentukan validitas prediktif terhadap perkembangan ke kanker serviks dan dengan demikian manfaatnya sebagai suatu tes diagnostik.
 
Satu pendekatan, yang dibangun atas sensitivitas pemeriksaan asam nukleat yang tinggi dan marker HPV alternatif yang menjanjikan, dan lebih bersifat prediktif terhadap terjadinya kanker, difokuskan pada transkripsi messenger RNA virus (mRNA) terhadap E6 dan E7. Karena peningkatan kadar protein E6 dan E7 diperlukan untuk terjadinya transformasi selular, maka sangat masuk akal bagi kita untuk melihat peningkatan kadar mRNA, yang akan membedakan suatu infeksi yang akan berkembang menjadi dysplasia atau kanker, atau hanya suatu infeksi HPV sementara. Dua tes mRNA yang melakukan hal ini adalah Pretect HPV-Proofer dari NorChip A/S (Oslo, Norwegia) dan Aptima HPV Assay yang dikembangkan oleh Gen-Probe Inc. (San Diego). Beberapa studi telah menunjukkan bahwa peningkatan kadar mRNA E6 dan E7 dapat menjadi indikasi infeksi HPV high-risk yang berkembang ke kanker serviks.
 
Deteksi overekspresi dari protein selular p16 merupakan suatu pendekatan yang dilakukan oleh mtm Laboratories AG (Heidelberg, Jerman), dengan tes CINtec yang mendeteksi overekpresi dari varian p16INK4a dalam jaringan biopsi dan slide sitologi melalui pewarnaan, dan Cervatec test yang mendeteksi protein dari sel dalam suatu imunoesai dengan 96 well. Data yang ada menunjukkan bahwa wanita dengan kadar p16Ink4a yang meningkat memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap perkembangan displasia seluler atau kanker servisk.
 
Pemeriksaan serologi untuk paparan HPV high-risk tidaklah cukup untuk menentukan apakah seorang wanita memiliki risiko kanker serviks atau tidak. Pemeriksaan ini hanya mengindikasikan bahwa seseorang telah terekspos HPV, dan tidak menyatakan apakah infeksi ini aktif atau persisten.
 
PATH (Seattle) dengan proyek Screening Technologies to Advance Rapid Testing for cervical cancer (START) telah berpartner dengan Qiagen untuk mengembangkan suatu platfor baru untuk pemeriksaan HPV DNA high-risk yang cocok untuk setting dengan sumber daya terbatas.
 
Tes yang disebut careHPV test ini dibuat berdasarkan teknologi dari tes HC2 Qiagen, tetapi diimplementasikan dalam format baru yang khusus didesain untuk daerah dengan sumber data terbatas. Tes ini dapat dilakukan dengan sampel serviks yang diambil oleh tenaga kesehatan atau sampel vaginal yang dapat diambil sendiri. Setiap sampel ditempatkan dalam buffer pelarut khusus dan dicampur secara manual. Sampel hingga 90 tes dapat dibatch. Probe RNA komplementer yang spesifik terhadap 14 tipe HPV high-risk ditambahkan. Jika DNA HPV high-risk ada dalam sampel, probe akan berhibrididasi dengan molekul dalam sampel. Hibrid DNA-RNA diikat oleh suatu antibodi spesifik berkonjugat enzim. Sinyal dideteksi secara chemiluminescence. Tahapan inkubasi dilakukan dalam suatu alat heater-shaker yang didesain khusus, dan plate dibaca pada suatu luminometer sederhana. Tes ini tidak memerlukan running water, dan instrumennya dapat dijalankan dengan baterai yang bisa diisi ulang. Disposable yang diperlukan sangat diminimalkan, dan reagen dapat disimpan tanpa pendingin. Hasil selesai dalam waktu kurang lebih dua jam, sehingga memungkinkan para tenaga kesehatan melakukan follow-up pada hari yang sama.
 
Platform tes baru ini telah dievaluasi dengan hasil yang menggembirakan. Salah satu evaluasi yang dilakukan di Cina, dengan 2530 wanita yang direkrut dari populasi umum menemukan bahwa sensitivitas dan spesifisitas untuk sampel serviks adalah sebesar 90 % dan 84,2 %. Sementara untuk sampel vaginal, sensitivitas dan spesifisitas adalah sebesar 81,4 % dan 82,4 %. Program yang sama akan dicoba di beberapa daerah seperti India, Uganda, dan Nikaragua di tahun 2009.
 
Qiagen akan menjual tes baru ini, menawarkannya pada perusahaan kesehatan publik di daerah bersumber daya rendah dengan harga yang efektif biaya sehingga memungkinkan skrining kanker serviks pada masyarakat luas.
 
Selain tes berbasis HPV DNA, proyek START juga menguji kemungkinan pemeriksaan berbasis biomarker. PATH bekerjasama dengan Arbor Vita Corp. (Sunnyvale, CA) untuk mengembangkan suatu strip test untuk mendeteksi peningkatan kadar oncoprotein E6 yang meningkat dari HPV tipe high-risk.
 
Platform ini berdasarkan suatu strip imunokromatografi, dan menggunakan suatu protein PDZ untuk specific capture oncoprotein E6 HPV high-risk dan sautu antibodi anti-E6 yang spesifik tipe HPV untuk deteksi. PDZ adalah suatu kelas domain protein yang conserved yang berhubungan dengan interaksi protein-protein dan terlibat dalam banyak fungsi biologis, termasuk kontak antar sel, sinyal interselular dan polaritas sel.
 
Antibodi monoklonal (mAB) anti-E6 diikat pada suatu partikel emas, sehingga pembentukan kompleks PDZ-E6 oncoprotien-E6 mAB pada strip dapat menjadi visibel sebagai suatu garis merah. Protein PDZ capture berasal dari suatu protein domain PDZ selular yang mengenali E6 dari HPV tipe high-risk tetapi tidak mengenali tipe yang low-risk.
 
Data eksprerimental pada tikus mendukung adanya peranan interaksi E6-PDZ pada patogenesis kanker serviks. Data awal pada suatu kohort kecil pada wanita yang positif CIN1 yang diikuti selama dua tahun menunjukkan bahwa keberadaan E6 dalam sampel menghasilkan suatu risiko tinggi terhadap berkembangnya displasia selular. Juga keberadaan E6 pada lesi grade CIN2 atau grade yang lebih tinggi berkorelasi dengan keparahan penyakit. Data-data ini menunjukkan bawha E6 adalah suatu faktor risiko terhadap kanker serviks.
 
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan kuantitas oncoprotein E6 yang berkorelasi dengan penyakit. Penelitian dan perkembangan yang sedang berjalan difokuskan untuk meningkatkan sensitivitas analitis yang cukup untuk klinis.

Sumber : IVD Technology Magazine, November/December 2008